Ternak merupakan salah satu sumber daya penghasil pangan hewani yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Sebab seekor ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging dan susu disamping hasil ikutan lain, baik berupa pupuk kandang, kulit, jeroan, tulang dan lain sebagainya.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam hal peternakan sapi potong. Hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki kekayaan ternak berupa sapi asli dan sapi lokal Indonesia sebagai plasma nutfah. Jenis-jenis sapi tersebut adalah sapi bali dikembangkan oleh BPTU-HPT Denpasar-Bali, sapi aceh dikembangkan oleh BPTU-HPT Indrapuri Aceh, sapi madura dikembangkan oleh BPTU-HPT Pelaihari, sapi pesisir dikembangkan oleh BPTU-HPT Padang Mengatas, dan sapi Peranakan Ongole (PO) yang dikembangkan oleh BPTU-HPT Sembawa Sumatera Selatan.
Ternak lokal
didefinisikan sebagai ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang
telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang
telah teradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat (Ditjennak 2009).
Berdasarkan definisi di atas maka sapi PO dapat dikatakan sebagai sapi lokal
sedangkan sapi asli Indonesia adalah jenis sapi bali, sapi aceh, sapi Madura
dan sapi pesisir.
Keberadaan
sapi asli dan sapi lokal tersebut menjadi modal yang sangat penting dalam
merekayasa pembentukan bibit ternak sapi unggul yang sesuai dengan kondisi
iklim dan lingkungan setempat. Secara genetik sapi lokal memiliki kemampuan
adaptasi terhadap lingkungan yang cukup baik dan relatif lebih tahan terhadap
penyakit disamping kelebihan lainnya. Disisi lain, sapi lokal tersebut justru
memiliki pertumbuhan yang relatif rendah dibandingkan sapi luar (impor).
Potensi
pertumbuhan yang dimiliki oleh sapi luar (impor) dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk membentuk jenis sapi unggul lokal Indonesia yang tahan terhadap
penyakit dengan kemampuan adaptasi yang baik seperti halnya sapi PO.
Pengkajian
terhadap potensi genetik sapi lokal Indonesia harus terus dilakukan sebagai
modal dasar dalam pembentukan bibit sapi potong unggulan Indonesia. Ke depan
Indonesia harus memiliki minimal 1 (satu) jenis sapi potong lokal yang memiliki
produktivitas tinggi sebagai dasar untuk mewujudkan swasembada daging dalam
negeri. Swasembada daging hendaknya dapat dicapai dengan peningkatan jumlah dan
kualitas sapi lokal Indonesia, bukan dengan mengimpor sapi bakalan dari luar
negeri.
No comments:
Post a Comment